PT Langgeng Maju Utama

Maaf Steak Lovers, Sapi Australia Mungkin Hilang di Pasaran

PT Langgeng Maju Utama

Jakarta, CNBC Indonesia – Kabar buruk datang dari peternakan sapi Australia. Salah satu produsen daging sapi terbesar di dunia itu menghadapi permasalahan produksi yang sangat pelik.

Dengan jumlah sapi yang mendekati angka terendah sejak awal 1990-an, produsen daging sapi di negeri Kanguru, menghadapi kemungkinan kehilangan posisi eksportir nomor dua di dunia. Hanya karena mereka tidak memiliki stok yang tersedia untuk melayani pasar global pada masa post-Covid-19.

Hal ini terjadi karena beberapa masalah penting dalam hal pengembangbiakan sapi-sapi di peternakan. “Kami harus meningkatkan angka-angka itu sehingga kami tidak kehilangan pangsa pasar ke pasar ekspor,”kata Matt Dalgleish, manajer wawasan pasar komoditas di Thomas Elder Markets, ditulis BloombergQuint.

Industri daging sapi Australia telah mengalami masa-masa sulit setelah bertahun-tahun kekeringan yang memaksa para petani, yang tidak mampu mendukung kawanan di padang rumput yang kering, untuk memusnahkan ternak.

Akibatnya petani tidak mampu lagi memelihara sapi mereka karena kurangnya pangan dan menyebabkan mereka beramai-ramai menjual sapi. Ini menyebabkan penurunan harga yang drastis di pasaran.

Selain itu peternak juga menghadapi masa depan yang kurang pasti dengan meningkatnya permintaan protein alternatif karena masalah lingkungan dan kesehatan mendorong konsumen ke produk seperti burger atau nugget daging tiruan.

Karena dua hal ini, saat ini peternak memutuskan untuk menahan hewan ternak mereka. Hal ini pun memicu meroketnya kembali harga daging sapi hingga membuat negara pengimpor besar seperti Indonesia tidak mampu lagi membelinya.

“Para petani harus berjuang antara memelihara ternak mereka untuk pembangunan kembali, atau mengirim mereka untuk disembelih untuk ‘mendapatkan uang’ sekarang, yang merupakan tawaran menggiurkan bagi beberapa orang yang ingin melunasi hutang besar yang timbul selama tahun-tahun kekeringan untuk pembelian pakan yang sangat besar untuk menjaga agar hewan tetap hidup,” Kata Dalgleish.

Meskipun Australia hanya menyumbang 4% dari produksi daging sapi global, negara ini adalah salah satu pengirim terbesar di dunia, dengan pasar utama di China, Jepang, Indonesia, dan Korea Selatan. Volume ekspor turun 15% tahun lalu karena rekor harga menurunkan permintaan.

Posisi Australia di pasar tersebut semakin berisiko, diperparah oleh perjanjian perdagangan bebas yang melihat tarif yang lebih tinggi pada pengiriman negara versus daging sapi asal AS.

Di Australia sendiri, sapi kebanyakan memakan rumput hijau dibanding pakan ternak olahan. Maka itu kekeringan saat ini sedang diantisipasi dengan hujan buatan. Namun peternak pesimis bahwa upaya ini dapat membantu Australia menghasilkan kawanan sapi dalam jumlah yang besar

“Australia kemungkinan akan kembali mengalami kekeringan dalam beberapa tahun,” kata Dalgleish.

“Ini tidak menyisakan banyak waktu bagi kita untuk membangun hingga dua puluhan dalam jutaan jumlah kepala – 28, 29 juta ekor. Dan kemudian Anda seperti terjebak lagi, tergantung seberapa lama skenario kekeringan terlihat. Kami bisa mundur pada rekor tingkat kawanan, dan pasokan rendah lagi.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *